BLOGGER TEMPLATES AND Twitter Backgrounds »

Sabtu, 12 Juni 2010

aslna nma indonesia



Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur")), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunanipulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris): berarti "

"... Penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia"".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (sebutan Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing untuk Kepulauan Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago ("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. [1]

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):

"Mr Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian", tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia"

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. [1]

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indiƫ1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan. ( ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun tahun

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk "Indonesia") juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander ("pribumi") diganti dengan Indonesiƫr ("orang Indonesia").

zwani.com myspace graphic comments
Myspace Welcome Comments

mnrut Moe???

keajaiban dunia





Piramida Giza di Mesir. Sebab keajaiban-keajaiban dunia itu dibangun beribu-ribu tahun yang lalu. Hmm....lama skali ya, pantas saja banyak yang sudah hancur atau musnah.

Setelah bangunan-bangunan yang termasuk 7 Keajaiban Dunia Purba hampir musnah, daftar 7 Keajaiban Dunia disusun kembali oleh para ahli. Daftar ini disebut 7 Keajaiban Dunia Pertengahan. Yang termasuk dalam 7 Keajaiban ini diantaranya : Katakombe Kom el Shoqafa, Colosseum di Roma, Tembok Besar di China, Hagia Sophia di Turki, Menara Pisa di Italia, Menara Porselen Nanjing di China, dan Stonehenge di Skotlandia.

Selain itu, banyak juga orang yang menyusun berbagai versi 7 keajaiban dunia lainnya. Misalnya 7 keajaiban dunia alam yang disusun oleh CNN, Stasiun Televisi berita di Amerika Serikat. Keajaiban tersebut bukan merupakan bangunan buatan manusia, melainkan keajaiban alam yang terdapat di Bumi. Misalnya Grand Canyon, Jurang Raksasa di Amerika Serikat.

Adapula 7 Keajaiban Dunia Bawah air. Yang termasuk keajaiban ini berada di dalam laut, di bawah permukaan laut, atau dikelilingi oleh perairan. Contohnya Great Barrier Reef, barisan terumbu karang besar yang terletak di Australia.

Ada juga 7 Keajaiban Dunia Modern. Keajaiban di sini adalah bangunan ciptaan manusia modern. Misalnya Terowongan Channel, terowongan bawah laut yang menghubungkan Inggris dan Prancis.

Ada juga daftar keajaiban dunia baru menurut sebuah yayasan bernama The New 7 Wonders Foundation. yang diumumkan pada tanggal 07-07-07 atau 7 juli 2007.
7 Keajaiban itu adalah : Tembok Raksasa di China, Colosseum di Roma, Italia, Machu Piccu di Peru, Taj Mahal di India, Chichen Itza di Mexico, Patung Yesus di Brasil dan Petra di Yordania.

gempa














ShoutMix chat widget